Tampilkan postingan dengan label laut. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label laut. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 Mei 2010

Laut dan Perubahan Iklim

Perubahan iklim tengah menjadi masalah serius yang dihadapi masyarakat dunia belakangan ini. Berbagai kalangan telah menggelar berbagai pertemuan untuk menghadapi ancaman tersebut. Pertemuan-pertemuan tersebut tidak hanya membahas mengenai dampak perubahan iklim bagi dunia, namun juga membahas mengenai peran laut terhadap perubahan iklim.

Para ilmuan berkesimpulan bahwa sepanjang abad 20 ini laut telah mengurangi sekitar separuh dari pemanasan suhu permukaan akibat meningkatnya gas rumah kaca (Diposaptono, 2009). Laut yang mendominasi sekitar 70% dari permukaan bumi dapat menjadi carbon sink (penyimpan karbon) sekaligus carbon source (sumber karbon). Hal itu disebabkan oleh berbagai interaksi dan sirkulasi yang terjadi di laut.

Di laut kususnya di permukaan terjadi interaksi antara laut dan atmosfer. Laut dan atmosfer keduanya sama-sama mendistribusikan panas dan mengatur iklim. Interaksi antara laut dan atmosfer secara umum terbagi menjadi dua cara yaitu fisik dan kimiawi. Dalam interaksi antara laut dan atmosfer terjadi proses pemindahan energy dan masa melalui radiasi. Dalam proses ini terjadi pelepasan uap air yang menjadi bagian dari gas rumah kaca ke atmosfer. Dalam proses ini laut menjadi sumber karbon.

Namun laut berperan juga sebagai penyimpan karbon, hampir semua CO2 di bumi ini tersimpan di dasar laut. Peredaran karbon dalam bentuk organik maupun anorganik dari permukaan laut ke laut dalam ditentukan oleh proses-proses fisik dan biologis. Pompa fisik dibangkitkan oleh sirkulasi laut. CO2 masuk ke dalah laut melalui pertukaran gas yang ebrgantung pada kecepatan angin dan perbedaan tekanan parsial antara permukaan air dan udara di atasnya. Daya laut bertambah jika temperature turun sehingga permukaan air yang dingin akan mengambil CO2 lebih banyak dari pada air yang hangat.



Baik sebagai penyimpan karbon maupun penghasil karbon, laut telah menjadi korban dalam perubahan iklim. Kenaikan suhu muka laut berdampak besar terhadap ekosistem laut. Yang paling banyak menjadi perhatian saat ini adalah terjadinya coral bleaching akibat naiknya suhu permukaan laut. Selain itu secara fisik perubahan iklim juga akan menyebabkan perubahan arus laut, peningkatan kadar keasaman laut dan kenaikan muka air laut. Perubahan ini tentu saja tidak hanya berdampak bagi organisme laut namun juga terhadap manusia. Kerusakan laut atau dampak perubahan iklim pada laut akan membawa kerugian bagi masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir. Karena itu perlu diadakan pengendalian terhadap perubahan iklim.

Anindita D Kusumawardhani
Magister Ilmu Kelautan
Universitas Indonesia

Referensi

Aldrian, E. 2008. Meteorologi Laut Indonesia. Badan Meteorologi dan Geofisika.

Diposaptono, S., Budiman., Agung, F., 2009. Menyiasati Perubahan Iklim Di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah Populer, Bogor.

Kennish, J.M. 2001. Practical Handbook of Marine Science. CRC Press.

Minggu, 18 April 2010

Berang-berang Laut



Kesan saya saat pertama kali melihat mahluk ini adalah "aduuuuh! lucunya!". Tapi, mahluk apakah dia? Sea Otter (Enhydra lutris) atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai berang-berang laut adalah mamalia laut yang banyak di temukan di Utara lautan Pasifik. Berang-berang laut biasanya hidup di dekat pantai dan bisa berenang sampai ke kedalaman 15 - 23 m. Berang-berang laut hidup di perairan yang terlindungi dari angin laut, biasanya mereka banyak ditemukan di pantai-pantai berbatu, hutan kelp dan di karang penghalang. Berang- berang laut memakan beberapa jenis moluska, krustase dan ikan. Berat berang-berang laut dewasa berkisar antara 15 - 45 kg.

Berang-berang laut termasuk spesies yang terancam punah. Namun perannya dalam ekosistem laut sangatlah penting. Ia berperan sebagai key stone species. Singa laut dan elang laut adalah pemangsa dari berang-berang laut. Namun musuh mereka yang lebih mengerikan adalah manusia. Sejak sekitar tahun 1700an, perburuan terhadap berang-berang laut terjadi. Kulit mereka diambil sebagai bahan pakaian.Pada tahun 1911 Jepang, Rusia, Inggris dan Amerika menandatangi perjanjian untuk menghentikan perburuan berang-berang laut. Namun saat itu jumlah berang-berang laut yang tersisa hanya tinggal 1000 - 2000. Saat ini konservasi terhadap berang-berang laut telah dilakukan. Namun yang menjadi masalah lain adalah terjadinya peristiwa tumpahan minyak di laut yang tidak hanya mencemari habitat berang-berang laut, namun juga membunuh mereka secara langsung.

Anindita D Kusumawardhani
Magister Ilmu Kelautan
Universitas Indonesia

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Sea_otter